Aku, Keluargaku serta Masyarakatku
Essai ini saya tulis sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Beasiswa Bazma Pertamina 2018. Dengan segala hormat, perkenankan saya
memperkenalkan diri, nama saya Muhammad Firjaun Balya Barlaman. Lahir di Malang
17 Juni 1997. Saya anak pertama dari dua bersaudara, adik saya sekarang masih
berada di bangku sekolah dasar, dan saya saat ini sedang mengenyam pendidikan di Institute Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) fakultas Ushuluddin semester 4. Saya terlahir dari keluarga yang mengajarkan kesederhanaan
dan saya sangat beruntung dengan didikan yang sangat tegas dari orang tua, menjadikan
saya lebih mandiri dan mulai mengerti akan beginilah hakikatnya kehidupan.
Menurut orang tua, saya merupakan anak yang sabar, mengalah dan mampu mengerti
keadaan. Harapan orang tua kepada saya sangatlah besar, meskipun mereka harus
tertatih-tatih membiayai saya, akan mereka lakukukan demi keberhasilan anaknya
ini.
Dua hal yang menguatkan pribadi ini untuk selalu semangat dalam
belajar dan meraih cita-cita, yaitu kerja keras dan doa orang tua. Bapak yang
bekerja sebagai wiraswasta (peternak ayam) dan ibu adalah seorang guru TK,
mereka mengajarkan arti kehidupan. Sejak lulus MI saya sudah dilepas oleh orang
tua untuk tinggal didalam pesantren, dalam benak saya saat itu hanyalah bagaimana
caranya saya bisa mandiri, membantu beban orang tua serta mengangkat drajat
kedua orang tua disisi manusia dan disisi Allah swt, dan alhamdulillah semenjak
saya dipesantren saya bisa membangkan kedua orang tua dengan menyelesaikan
hafalan 30 juz saya, sehingga bayaran SPP sekolah mendapatkan keringanan
setengahnya. Jiwa keorganisasian saya, juga mulai tumbuh sejak dipesantren.
Menjadi ketua OSIS di masa SMA dan menjadi Tenaga Ahli Pusat Kesehatan Pesantren
(Puskestren) yang terpilih dari sekitar 1500 an santri, dan alhamdulillah
selama saya SMA itu, biaya SPP ditanggung oleh PUSKESTREN hingga lulus,
sehingga tidak sedikit dari tetangga bahkan sanak saudara kaget melihat saya
yang dari keluarga biasa-biasa saja bisa masuk dipesantren yang menurut
masyarakat umum itu biayanya mahal. Disitulah usaha saya untuk membantu
meringankan beban orang tua dan mengangkat derajatnya. Karena saya juga sangat mempercayai
apa yang dinasehatkan kyai saya waktu awal memasuki pondok pesantren, bahwa
bukan karena keturunan (nasab) suatu keberhasilan itu diraih, akan tetapi
dengan kesungguhanlah keberhasilan itu dapat diraih.
Selepas dari pesantren selama enam tahun, saya kembali kerumah dan
dihadapkan oleh suatu kondisi lingkungan yang pemudanya sangat minim pendidikannya,
minim agamanya sehingga saya merasa terpanggil untuk bisa berguna bagi
lingkungan saya. Akan tetapi disisi lain saya masih kebingungan mau melanjutkan
studi kemana, karena keterbatasan biaya. Hingga pada akhirnya saya mencoba-coba
untuk daftar program pasca tahfidz yang diberi tahu oleh kakak senior saya.
Programnya yaitu program Bayt Al-Qur’an dari Pusat Studi Al-Qur’an yang diasuh
langsung oleh Prof. Dr. M. Quraish Shihab yang ada dijakarta. Kenapa saya
memberanikan diri untuk daftar?, karena di Bayt Al-Qur,an itu menawarkan
beasiswa full, transport pulang pergi dan bahkan kita yang diberi uang saku
untuk kebutuhan sehari-hari khusus yang sudah selesai proses menghafalnya 30
Juz. Dengan sangat terkejutnya alhamdulillah atas kuasa Allah saya bisa lulus
seleksi diprogram itu. Saya semakin yakin disitu bahwa jika kita punya niatan
baik untuk orang lain, Allah pasti akan memberikan jalan terbaiknya. Program
itu berjalan enam bulan lamanya, segala kegiatan yang menunjang potensi saya,
saya ikuti semua. Seperti khutbah, public speaking, MC, kultum, berwirausaha
dan lain-lainya saya ikuti semua meski itu tidak semuanya maksimal. Karena saya
begitu menyadari bahwa ada banyak orang-orang dibelakang saya yang menunggu
buah dari apa yang saya tanam ini, lebih kusus untuk orang tua serta lingkungan
saya dan umumnya untuk masyarakat indonesia. Hingga sampailah saya pada tahap
perkuliahan dan memutuskan untuk tetap tinggal dijakarta, tidak kembali
kekampung dulu.
Kuliah di PTIQ Jakarta ini bukanlah
menjadi tujuan utama saya awalnya. Karena, saya merasa orang tua tidak sanggup
untuk membiayainya yang notabenya PTIQ itu kampus swasta dan pasti
pembayarannya mahal, orang tua sudah pasrah kepada saya, dan pada saat itu pula
saya juga mendaftarkan diri ke PTN UIN Syarif Hidayatullah yang notabenya dia
adalah kampus negeri yang memiliki banyak penawaran beasiswa untuk
mahasiswanya. Ternyata Allah berkehendak lain, saya tidak lulus seleksi di PTN
itu, sehingga saya harus masuk ke PTIQ. Dengan modal bismillah orang tua saya
merestui saya kuliah di PTIQ meskipun pembayaran awal masuk kampus ini baru
terselesaikan pertengahan tahun kemarin. Saya di perkuliahan ini berusaha untuk
selalu menjadi mahasiswa yang aktif, baik di kelas maupun diorganisasi. Hingga
saya mendapatkan informasi bahwa akan dibuka Program Beasiswa Baituzzakah
Pertamina yaitu beasiswa yang memberikan kesempatan bagi individu untuk terus
berpendidikan dengan memfasilitasi biaya SPP, Living Cost, dan program
pengembangan diri sebagai pembentukan individu yang berkualitas dan
berintelektual tinggi.
Saya yakin dengan Beasiswa Baituzzakah Pertamina ini dapat membantu
biaya selama perkuliahan saya yang secara tidak langsung membantu meringankan
beban orang tua saya serta membantu niat baik saya untuk kembali ke masyarakat
dengan sangat membanggakan. Tentunya juga untuk belajar mengenai kehidupan,
menambah khazanah keilmuan, menambah saudara, keluarga serta
pengalaman-pengalaman baru. Semoga dengan keberkahan Al-Qur'an juga, Allah selalu memudahkan segala urusan saya dan keluarga. Amin