Senin, 11 Februari 2019

Inilah Saya Bagi Keluarga dan Kontribusi yang Telah, Sedang dan Akan Saya Berikan Untuk Indonesia

Aku, Keluargaku serta Masyarakatku


Essai ini saya tulis sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Beasiswa Bazma Pertamina 2018. Dengan segala hormat, perkenankan saya memperkenalkan diri, nama saya Muhammad Firjaun Balya Barlaman. Lahir di Malang 17 Juni 1997. Saya anak pertama dari dua bersaudara, adik saya sekarang masih berada di bangku sekolah dasar, dan saya saat ini sedang mengenyam pendidikan di Institute Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) fakultas Ushuluddin semester 4. Saya terlahir dari keluarga yang mengajarkan kesederhanaan dan saya sangat beruntung dengan didikan yang sangat tegas dari orang tua, menjadikan saya lebih mandiri dan mulai mengerti akan beginilah hakikatnya kehidupan. Menurut orang tua, saya merupakan anak yang sabar, mengalah dan mampu mengerti keadaan. Harapan orang tua kepada saya sangatlah besar, meskipun mereka harus tertatih-tatih membiayai saya, akan mereka lakukukan demi keberhasilan anaknya ini.
Dua hal yang menguatkan pribadi ini untuk selalu semangat dalam belajar dan meraih cita-cita, yaitu kerja keras dan doa orang tua. Bapak yang bekerja sebagai wiraswasta (peternak ayam) dan ibu adalah seorang guru TK, mereka mengajarkan arti kehidupan. Sejak lulus MI saya sudah dilepas oleh orang tua untuk tinggal didalam pesantren, dalam benak saya saat itu hanyalah bagaimana caranya saya bisa mandiri, membantu beban orang tua serta mengangkat drajat kedua orang tua disisi manusia dan disisi Allah swt, dan alhamdulillah semenjak saya dipesantren saya bisa membangkan kedua orang tua dengan menyelesaikan hafalan 30 juz saya, sehingga bayaran SPP sekolah mendapatkan keringanan setengahnya. Jiwa keorganisasian saya, juga mulai tumbuh sejak dipesantren. Menjadi ketua OSIS di masa SMA dan menjadi Tenaga Ahli Pusat Kesehatan Pesantren (Puskestren) yang terpilih dari sekitar 1500 an santri, dan alhamdulillah selama saya SMA itu, biaya SPP ditanggung oleh PUSKESTREN hingga lulus, sehingga tidak sedikit dari tetangga bahkan sanak saudara kaget melihat saya yang dari keluarga biasa-biasa saja bisa masuk dipesantren yang menurut masyarakat umum itu biayanya mahal. Disitulah usaha saya untuk membantu meringankan beban orang tua dan mengangkat derajatnya. Karena saya juga sangat mempercayai apa yang dinasehatkan kyai saya waktu awal memasuki pondok pesantren, bahwa bukan karena keturunan (nasab) suatu keberhasilan itu diraih, akan tetapi dengan kesungguhanlah keberhasilan itu dapat diraih.
Selepas dari pesantren selama enam tahun, saya kembali kerumah dan dihadapkan oleh suatu kondisi lingkungan yang pemudanya sangat minim pendidikannya, minim agamanya sehingga saya merasa terpanggil untuk bisa berguna bagi lingkungan saya. Akan tetapi disisi lain saya masih kebingungan mau melanjutkan studi kemana, karena keterbatasan biaya. Hingga pada akhirnya saya mencoba-coba untuk daftar program pasca tahfidz yang diberi tahu oleh kakak senior saya. Programnya yaitu program Bayt Al-Qur’an dari Pusat Studi Al-Qur’an yang diasuh langsung oleh Prof. Dr. M. Quraish Shihab yang ada dijakarta. Kenapa saya memberanikan diri untuk daftar?, karena di Bayt Al-Qur,an itu menawarkan beasiswa full, transport pulang pergi dan bahkan kita yang diberi uang saku untuk kebutuhan sehari-hari khusus yang sudah selesai proses menghafalnya 30 Juz. Dengan sangat terkejutnya alhamdulillah atas kuasa Allah saya bisa lulus seleksi diprogram itu. Saya semakin yakin disitu bahwa jika kita punya niatan baik untuk orang lain, Allah pasti akan memberikan jalan terbaiknya. Program itu berjalan enam bulan lamanya, segala kegiatan yang menunjang potensi saya, saya ikuti semua. Seperti khutbah, public speaking, MC, kultum, berwirausaha dan lain-lainya saya ikuti semua meski itu tidak semuanya maksimal. Karena saya begitu menyadari bahwa ada banyak orang-orang dibelakang saya yang menunggu buah dari apa yang saya tanam ini, lebih kusus untuk orang tua serta lingkungan saya dan umumnya untuk masyarakat indonesia. Hingga sampailah saya pada tahap perkuliahan dan memutuskan untuk tetap tinggal dijakarta, tidak kembali kekampung dulu.
 Kuliah di PTIQ Jakarta ini bukanlah menjadi tujuan utama saya awalnya. Karena, saya merasa orang tua tidak sanggup untuk membiayainya yang notabenya PTIQ itu kampus swasta dan pasti pembayarannya mahal, orang tua sudah pasrah kepada saya, dan pada saat itu pula saya juga mendaftarkan diri ke PTN UIN Syarif Hidayatullah yang notabenya dia adalah kampus negeri yang memiliki banyak penawaran beasiswa untuk mahasiswanya. Ternyata Allah berkehendak lain, saya tidak lulus seleksi di PTN itu, sehingga saya harus masuk ke PTIQ. Dengan modal bismillah orang tua saya merestui saya kuliah di PTIQ meskipun pembayaran awal masuk kampus ini baru terselesaikan pertengahan tahun kemarin. Saya di perkuliahan ini berusaha untuk selalu menjadi mahasiswa yang aktif, baik di kelas maupun diorganisasi. Hingga saya mendapatkan informasi bahwa akan dibuka Program Beasiswa Baituzzakah Pertamina yaitu beasiswa yang memberikan kesempatan bagi individu untuk terus berpendidikan dengan memfasilitasi biaya SPP, Living Cost, dan program pengembangan diri sebagai pembentukan individu yang berkualitas dan berintelektual tinggi.
Saya yakin dengan Beasiswa Baituzzakah Pertamina ini dapat membantu biaya selama perkuliahan saya yang secara tidak langsung membantu meringankan beban orang tua saya serta membantu niat baik saya untuk kembali ke masyarakat dengan sangat membanggakan. Tentunya juga untuk belajar mengenai kehidupan, menambah khazanah keilmuan, menambah saudara, keluarga serta pengalaman-pengalaman baru. Semoga dengan keberkahan Al-Qur'an juga, Allah selalu memudahkan segala urusan saya dan keluarga. Amin