Minggu, 27 Oktober 2019

Makalah Akhlaq, Moral Dan Etika


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Globalisasi memberikan kebanyakan dampak-dampak negatif bagi perkembangan etika moral masyarakat kita. Pengaruh arus informasi yang deras tanpa batas dan mudah di akses baik melalui internet, handphone, dan media lainnya, telah menjadikan anak-anak kita tumbuh dengan dengan perilaku yang baik.
Di Negara-Negara Islam gelombang dekadensi moral semakin meningkat. Gelombang yang berasal dari barat tersebut sama sekali tidak mengindahkan urgensi agama dalam menjaga moral. Dalam pandangan barat semua hal yang berhubungan dengan keyakinan tidaklah relevan dengan kehidupan, apalagi dalam hal penyembahan Tuhan. Ironisnya budaya barat yang sudah mengalami kerusakan moral ini tersebar dengan mudah , baik melalui media cetak maupun elektronik. Akibatnya, budaya lokal masyarakat muslim terkontaminasi dengan budaya barat, dan pada akhirnya budaya lokal mengalami kegoncangan dan semakin dekat dengan gaya hidup barat.
Indonesia Negeri kita tercinta adalah salah satu korban dari dekadensi moral tersebut. Hal itu tergambar dengan jelas betapa merosotnya akhlak sebagian umat Islam Indonesia saat ini terutama di kalangan remaja. Gaya hidup hedonis,pengunaan obat-obatan penenang sudah menjadi tontonan biasa dikalangan masyarakat. Sementara pembendungannya masih sangat lemah dan dengan konsep yang tidak jelas. Padahal kejayaan suatu bangsa itu ditentukan oleh moralnya, sebagaimana sya'ir berikut ini :
وإنماالأمم الأخلاق ما بقيت * فإن هم ذهبت أخلاقهم ذهبوا
Artinya: “Sesunggunya umat suatu bangsa itu ditentukan oleh akhlaknya, jika akhlak telah hilang dari mereka maka hilang pula kejayaanya.”

Maka dari itulah diperlukan kajian khusus mengenai akhlak,moral dan etika ini yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Assunnah, karena dengan akhlak mulia, seorang muslim akan meraih kesempurnaan dalam imannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُم خُلُقًا“
Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”

B.     Rumusan Masalah
1.      Dasar-Dasar Al-Quran Tentang Ajaran Akhlak, Moral Dan Etika
2.      Dasar-Dasar Hadist Tentang Ajaran Akhlak, Moral Dan Etika
3.      Persamaan Akhlak, Moral Dan Etika
4.      Perbedaan Akhlak, Moral Dan Etika



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Dasar-Dasar al-Quran
1.      Akhlak         
قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ
Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun” (Q.S Al-Baqarah: 263)
Dalam berinterkasi dengan orang lain, umat Islam diperinyahkan untuk bertutur kata yang baik, sehingga akan meninggalkan kesan yang baik. Dalam bermasyarakat jika ada orang yang bersalah kepada kita maka kita diperintahkan memberi maaf kepadanya.،
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku tempatnya pada hari kiamat adalah yang terbaik akhlaknya diantara kalian” (HR At-Tirmidzi 2018)
Ternyata akhlak yang mulia merupakan tolak ukur utama dalam menilai tingkat keimanan seseorang.
2.      Etika
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani ethos , yang berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas – asas akhlak. Ahmad Amin menegaskan etika ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.



إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Qs. Ali-‘Imron : 190)
Imam Ghazali RadiAllahuanhu mengatakan: akhlak ialah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang terkeluar itu baik dan terpuji menurut syarak dan akal, perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila keluar perbuatan yang buruk, ia dinamakan akhlak yang buruk.[1]
3.      Moral
 ‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Kemoralan merupakan sesuatu yang berkait dengan peraturan- peraturan masyarakat yang diwujudkan di luar kawalan individu (Dorothy Emmet,1979) mengatakan bahawa manusia bergantung kepada tatasusila, adat, kebiasaan masyarakat dan agama bagi membantu menilai tingkahlaku seseorang Akhlak dalam Islam menjadi penghubung yang erat dengan fenomena keimanan seseorang Islam. Sebagaimana maksud hadis :
Rasulullah telah ditanya oleh seseorang: “Siapakah orang mukmin yang paling afdhal mempunyai kelebihan imannya? Jawab baginda: Orang yang paling baik akhlaknya”.
Lima Nilai Moral Islam dikenal pula sebagai Sepuluh Perintah Tuhan versi Islam. Perintah-perintah ini tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-An'aam 6:150-153 di mana Allah menyebutnya sebagai Jalan yang Lurus (Shirathal Mustaqim):



1.      Tauhid (Nilai Pembebasan)
Katakanlah: "Bawalah ke mari saksi-saksi kamu yang dapat mempersaksikan bahwasanya Allah telah mengharamkan yang kamu haramkan ini." Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut (pula) menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan mereka. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia.
2.      Nikah (Nilai Keluarga)
Berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, danjanganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dankepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji (homoseks, seks bebas dan incest), baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi.
3.      Hayat (Nilai Kemanusiaan)
Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (Nya).
4.      Adil (Nilai Keadilan)
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu bersaksi, maka hendaklah kamu berlaku adil kendati pun dia adalah kerabat (mu).
5.      Amanah (Nilai Kejujuran)
Penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.



إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku tempatnya pada hari kiamat adalah yang terbaik akhlaknya diantara kalian” (HR At-Tirmidzi 2018)
Ternyata akhlak yang mulia merupakan tolak ukur utama dalam menilai tingkat keimanan seseorang.          
Berikut ini hadits-hadits shahih yang senada dan menguatkan hal ini.
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَاخَيْرُكُمْ لأَهْلِي
Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya, dan aku adalah yang terbaik diantara kalian terhadap istriku”
خَيْرُالأَصْحَابِ عِنْدَاللهِ خَيْرُهُم لِصَاحِبِهِ وَخَيْرُالْجِيْرَانِ عِنْدَاللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ
Artinya: “Sebaik-baik sahabat di sisi Allah, adalah yang terbaik bagi sahabatnya. Sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang terbaik bagi tetangganya.
خَيْرُالْمُسْلِمِيْن مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Artinya: “Sebaik-baik muslim adalah yang kaum muslimin selamat dari keburukan lisan dan tangannya”[2]

B.     Dasar-Dasar hadist
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik. (HR. Ahmad)                          
  قال رسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم- : "إِنَّ لِكُلِّ دِيْنِ خُلُقًا وَخُلُقُ الإسلامَ الْحَيَاءُ
Dari Anas -semoga Allah meridhoinya- dia berkata : Nabi -shalallahu 'alaihi wa sallam- bersabda : "Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islami adalah rasa malu." (HR. Ibnu Majah)



إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ وَمَعَالِيَ اْلأَخْلاَقِ وَيُبْغِضُ سِفْسَافَهَا
“Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina.” (HR. Bukhori, HR Muslim)
 إنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا
“Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya.” (HR. Ahmad)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْملُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُم خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا (الترمذى(
“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah ia yang memiliki akhlak terbaik. Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya kepada pasangannya.” (Hadits riwayat Tirmidzi)
Aisyah – semoga Allah meridhainya – berkata, “Aku mendengar Nabi – shallallaahu ‘alaihi wassalaam – berkata, sungguh orang-orang yang beriman dengan akhlak baik mereka bisa mencapai (menyamai) derajat mereka yang menghabiskan seluruh malamnya dalam sholat dan seluruh siangnya dengan berpuasa.” [Musnad Imam Ahmad] [3]

C.     Persamaan Etika, Moral, dan Akhlak
Persamaan ketiganya terletak pada fungsi dan peran, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau buruk.Secara rinci persamaan tersebut terdapat dalam tiga hal:
1.      Objek: yaitu perbuatan manusia
2.      Ukuran: yaitu baik dan buruk
3.      Tujuan: membentuk kepribadian manusia



D.     Perbedaan Etika, Moral, dan Akhlak
1.      Sumber atau acuan:
·         Etika sumber acuannya adalah akal
·         Moral sumbernya norma atau adapt istiadat
·         Akhlak bersumber dari wahyu

2.      Sifat Pemikiran:
·         Etika bersifat filososfis



BAB III
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
Akhirnya dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, akhlak sama, yaitu menentukan hokum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriah.
Perbedaan antara etika, moral dan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Namun demikian etika, moral, dan akhlak tetap saling berhubungan dan membutuhkan. Uraian tersebut diatas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral berasal dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan hadits. Dengan kata lain jika etika, moral berasal dari manusia sedangkan akhlak berasal dari tuhan.

B.     SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya.






DAFTAR PUSTAKA


Bakry, Oemar. 1981. Akhlak Muslim. Angkasa. Bandung
Ilyas, Yunahar. 1991. Kuliah Akhlak. Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam. Yogyakarta
Rifa’I, Moh. 1996. Aqidah Akhlaq. CV. Wicaksana. Semarang
Syukur, H.M. Amin. 2000. Pengantar Studi Islam. CV. Bima Sakti. Semarang


[1] : Ajat Sudrajat dkk, 2008, Din Al-islam, Yogyakarta, UNY Press Yogyakarta.

[2]     Bakry, Oemar. 1981. Akhlak Muslim. Angkasa. Bandung
[3] ·         Ilyas, Yunahar. 1991. Kuliah Akhlak. Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam. Yogyakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar