BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Globalisasi
memberikan kebanyakan dampak-dampak negatif bagi perkembangan etika moral
masyarakat kita. Pengaruh arus informasi yang deras tanpa batas dan mudah di
akses baik melalui internet, handphone, dan media lainnya, telah menjadikan
anak-anak kita tumbuh dengan dengan perilaku yang baik.
Di
Negara-Negara Islam gelombang dekadensi moral semakin meningkat. Gelombang yang
berasal dari barat tersebut sama sekali tidak mengindahkan urgensi agama dalam
menjaga moral. Dalam pandangan barat semua hal yang berhubungan dengan
keyakinan tidaklah relevan dengan kehidupan, apalagi dalam hal penyembahan
Tuhan. Ironisnya budaya barat yang sudah mengalami kerusakan moral ini tersebar
dengan mudah , baik melalui media cetak maupun elektronik. Akibatnya, budaya
lokal masyarakat muslim terkontaminasi dengan budaya barat, dan pada akhirnya
budaya lokal mengalami kegoncangan dan semakin dekat dengan gaya hidup barat.
Indonesia Negeri kita
tercinta adalah salah satu korban dari dekadensi moral tersebut. Hal itu
tergambar dengan jelas betapa merosotnya akhlak sebagian umat Islam Indonesia
saat ini terutama di kalangan remaja. Gaya hidup hedonis,pengunaan obat-obatan
penenang sudah menjadi tontonan biasa dikalangan masyarakat. Sementara
pembendungannya masih sangat lemah dan dengan konsep yang tidak jelas. Padahal
kejayaan suatu bangsa itu ditentukan oleh moralnya, sebagaimana sya'ir berikut ini
:
وإنماالأمم الأخلاق ما بقيت * فإن هم ذهبت أخلاقهم
ذهبوا
Artinya:
“Sesunggunya umat suatu bangsa itu ditentukan oleh akhlaknya, jika akhlak
telah hilang dari mereka maka hilang pula kejayaanya.”
Maka dari itulah diperlukan
kajian khusus mengenai akhlak,moral dan etika ini yang sesuai dengan Al-Qur'an
dan Assunnah, karena dengan akhlak mulia, seorang muslim akan meraih
kesempurnaan dalam imannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُم
خُلُقًا“
Artinya: “Orang mukmin
yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
B.
Rumusan Masalah
1.
Dasar-Dasar Al-Quran Tentang
Ajaran Akhlak, Moral Dan Etika
2.
Dasar-Dasar Hadist Tentang
Ajaran Akhlak, Moral Dan Etika
3.
Persamaan Akhlak, Moral Dan
Etika
4.
Perbedaan Akhlak, Moral Dan
Etika
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Dasar-Dasar
al-Quran
1.
Akhlak
قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى
وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ
Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik
dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si
penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun” (Q.S Al-Baqarah: 263)
Dalam berinterkasi dengan orang lain, umat
Islam diperinyahkan untuk bertutur kata yang baik, sehingga akan meninggalkan
kesan yang baik. Dalam bermasyarakat jika ada orang yang bersalah kepada kita
maka kita diperintahkan memberi maaf kepadanya.،
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ
مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan yang paling
dekat denganku tempatnya pada hari kiamat adalah yang terbaik akhlaknya
diantara kalian” (HR At-Tirmidzi 2018)
Ternyata akhlak yang mulia merupakan tolak ukur utama dalam menilai
tingkat keimanan seseorang.
2.
Etika
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani ethos , yang
berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu
pengetahuan tentang asas – asas akhlak. Ahmad Amin menegaskan etika ialah ilmu
yang menjelaskan arti baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia.
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata
nilai suatu masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau
filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal
manusia. Etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan
tuntutan zaman.
إِنَّ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal (Qs. Ali-‘Imron : 190)
Imam Ghazali RadiAllahuanhu mengatakan: akhlak ialah suatu keadaan
yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang
tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang terkeluar itu
baik dan terpuji menurut syarak dan akal, perbuatan itu dinamakan akhlak yang
mulia. Sebaliknya apabila keluar perbuatan yang buruk, ia dinamakan akhlak yang
buruk.[1]
3.
Moral
‘Moralitas’ (dari kata
sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’,
hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”,
artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan
dengan baik dan buruk.
Kemoralan merupakan sesuatu yang berkait dengan peraturan-
peraturan masyarakat yang diwujudkan di luar kawalan individu (Dorothy
Emmet,1979) mengatakan bahawa manusia bergantung kepada tatasusila, adat,
kebiasaan masyarakat dan agama bagi membantu menilai tingkahlaku seseorang
Akhlak dalam Islam menjadi penghubung yang erat dengan fenomena keimanan
seseorang Islam. Sebagaimana maksud hadis :
Rasulullah telah ditanya oleh seseorang: “Siapakah orang mukmin
yang paling afdhal mempunyai kelebihan imannya? Jawab baginda: Orang yang
paling baik akhlaknya”.
Lima Nilai Moral Islam dikenal pula sebagai Sepuluh Perintah Tuhan
versi Islam. Perintah-perintah ini tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-An'aam
6:150-153 di mana Allah menyebutnya sebagai Jalan yang Lurus (Shirathal
Mustaqim):
1.
Tauhid
(Nilai Pembebasan)
Katakanlah: "Bawalah ke mari saksi-saksi kamu yang dapat
mempersaksikan bahwasanya Allah telah mengharamkan yang kamu haramkan
ini." Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut (pula) menjadi
saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan
akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan mereka. Katakanlah: "Marilah
kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia.
2.
Nikah
(Nilai Keluarga)
Berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, danjanganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki
kepadamu dankepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan
yang keji (homoseks, seks bebas dan incest), baik yang nampak di antaranya
maupun yang tersembunyi.
3.
Hayat
(Nilai Kemanusiaan)
Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang
diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (Nya).
4.
Adil
(Nilai Keadilan)
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara
yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan
sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu bersaksi, maka hendaklah kamu berlaku
adil kendati pun dia adalah kerabat (mu).
5.
Amanah
(Nilai Kejujuran)
Penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu ingat dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku
yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang
lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ
مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan yang
paling dekat denganku tempatnya pada hari kiamat adalah yang terbaik akhlaknya
diantara kalian” (HR At-Tirmidzi 2018)
Ternyata akhlak yang mulia merupakan tolak ukur utama dalam
menilai tingkat keimanan seseorang.
Berikut ini hadits-hadits shahih yang senada dan menguatkan hal
ini.
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَاخَيْرُكُمْ
لأَهْلِي
Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya,
dan aku adalah yang terbaik diantara kalian terhadap istriku”
خَيْرُالأَصْحَابِ عِنْدَاللهِ خَيْرُهُم
لِصَاحِبِهِ وَخَيْرُالْجِيْرَانِ عِنْدَاللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ
Artinya: “Sebaik-baik sahabat di sisi Allah, adalah yang terbaik bagi
sahabatnya. Sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang terbaik bagi
tetangganya.
خَيْرُالْمُسْلِمِيْن مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ
مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Artinya: “Sebaik-baik muslim adalah yang kaum muslimin selamat
dari keburukan lisan dan tangannya”[2]
B.
Dasar-Dasar
hadist
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang baik. (HR. Ahmad)
قال رسولُ
اللهِ – صلى
الله عليه وسلم- : "إِنَّ لِكُلِّ دِيْنِ خُلُقًا وَخُلُقُ الإسلامَ الْحَيَاءُ
Dari Anas -semoga Allah meridhoinya- dia
berkata : Nabi -shalallahu 'alaihi wa sallam- bersabda : "Sesungguhnya
setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islami adalah rasa malu." (HR.
Ibnu Majah)
إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ
وَمَعَالِيَ اْلأَخْلاَقِ وَيُبْغِضُ سِفْسَافَهَا
“Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai
kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina.”
(HR. Bukhori, HR Muslim)
إنَّ
مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا
“Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian
adalah yang terbaik akhlaknya.” (HR. Ahmad)
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَكْملُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُم خِيَارُكُمْ
لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا (الترمذى(
“Orang mukmin yang paling sempurna
keimanannya adalah ia yang memiliki akhlak terbaik. Yang terbaik di antara
kalian adalah yang terbaik akhlaknya kepada pasangannya.” (Hadits riwayat
Tirmidzi)
‘Aisyah
– semoga Allah meridhainya – berkata, “Aku mendengar Nabi – shallallaahu ‘alaihi
wassalaam – berkata, sungguh orang-orang yang beriman dengan akhlak baik mereka
bisa mencapai (menyamai) derajat mereka yang menghabiskan seluruh malamnya
dalam sholat dan seluruh siangnya dengan berpuasa.” [Musnad Imam Ahmad] [3]
C.
Persamaan
Etika, Moral, dan Akhlak
Persamaan
ketiganya terletak pada fungsi dan peran, yaitu menentukan hukum atau nilai
dari suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau buruk.Secara rinci
persamaan tersebut terdapat dalam tiga hal:
1.
Objek: yaitu perbuatan
manusia
2.
Ukuran: yaitu baik dan buruk
3.
Tujuan: membentuk
kepribadian manusia
D.
Perbedaan
Etika, Moral, dan Akhlak
1.
Sumber atau acuan:
·
Etika sumber acuannya adalah
akal
·
Moral sumbernya norma atau
adapt istiadat
·
Akhlak bersumber dari wahyu
2.
Sifat Pemikiran:
·
Etika bersifat filososfis
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akhirnya dilihat dari fungsi
dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, akhlak sama, yaitu
menentukan hokum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk
ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki
terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram
sehingga sejahtera batiniah dan lahiriah.
Perbedaan antara etika,
moral dan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk
menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan
pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang
berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk
menentukan baik buruk itu adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Namun demikian etika, moral, dan akhlak tetap
saling berhubungan dan membutuhkan. Uraian tersebut diatas menunjukkan dengan
jelas bahwa etika, moral berasal dari produk rasio dan budaya masyarakat yang
secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup
manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan
petunjuk Al-Qur’an dan hadits. Dengan kata lain jika etika, moral berasal dari
manusia sedangkan akhlak berasal dari tuhan.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis senantiasa dengan lapang dada menerima
bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
perbaikan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bakry,
Oemar. 1981. Akhlak Muslim. Angkasa. Bandung
Ilyas, Yunahar. 1991. Kuliah Akhlak.
Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam. Yogyakarta
Rifa’I,
Moh. 1996. Aqidah Akhlaq. CV. Wicaksana. Semarang
Syukur,
H.M. Amin. 2000. Pengantar Studi Islam. CV. Bima Sakti. Semarang
[1]
: Ajat Sudrajat dkk, 2008, Din Al-islam, Yogyakarta, UNY Press Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar